Produksi adalah kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk menciptakan barang dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia. Dalam sosiologi ekonomi, produksi merupakan salah satu aspek penting dalam memahami sistem ekonomi dan interaksi sosial dalam masyarakat.
A. Pengertian Produksi
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, produksi diartikan sebagai proses mengeluarkan hasil atau penghasilan. Disamping itu, terdapat dua makna lain dari produksi yaitu hasil dan pembuatan.
Pengertian produksi mencakup segala kegiatan, termasuk prosesnya yang dapat menciptakan hasil, penghasilan dan pembuatan. Dengan demikian, produksi dapat didefinisikan sebagai proses dari segala kegiatan untuk membuat atau menghasilkan sesuatu.
Hasil dari kegiatan produksi adalah suatu produk. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), produk diartikan sebagai :
- barang atau jasa yang dibuat atau ditambah gunanya atau nilainya dalam proses produksi dan menjadi hasil akhir dari proses produksi itu.
- Benda atau yang bersifat kebendaan seperti barang, bahan, atau bangunan yang merupakan hasik kontruksi
- Hasil, hasil kerja.
B. Pandangan Para Pakar Sosiologi Tentang Produksi
Para tokoh teori sosiologi klasik telah berbicara tentang produksi. Sudut pandang dan isi teori yang dikembangkan oleh para tokoh teori tersebut beragam.
1. Karl Marx (1818-1883)
Apa yang membedakan manusia dengan mahluk lain? Kata Marx, kerja! Hanya manusialah mahluk yang mampu melakukan kerja. Oleh sebab itu, manusia sebagai produsen.
Kapitalisme telah menyebabkan manusia sebagai pekerja, tidak lagi mempunyai control atas potensi yang terkandung dalam kerja mereka. Potensi ini disebut Karl Marx sebagai tenaga kerja (labour-power), kepada kapitalis ditukarkan dengan benda abstrak yang terdapat dalam upah.
Hal tersebut membuat manfaat tenaga kerja tidak lagi ditemukan pada kemampuan untuk menghasilkan produk yang dapat memenuhi kebutuhan para pekerja, namun sebagai benda abstrak yang dapat dipetukarkan dengan upah. Sehingga kerja (produksi) tidak lagi menjadi tindak pemenuhan kebutuhan (Lee, 2006 :9-16)
2. Emile Durkheim (1858-1917)
Dalam bukunya “The Division of Labour in Society”, Durkheim menjelaskan tentang perubahan sosial. Dalam teori tersebut, Durkheim mendiskusikan tentang 2 tipe masyarakat yaitu masyarakat yang berlandaskan solidaritas mekanik dan solidaritas yang menjelaskan solidaritas organik.
Masyarakat yang berlandaskan solidaritas mekanik ditandai oleh pembagian kerja yang rendah, kesadaran kolektif yang kuat, hukum refresif dominan, individualistis rendah, pola normatif sebagai konsensus terpenting dalam komunitas dan saling ketergantungan rendah sedangkan pada masyarakat berlandaskan solidaritas organik dicirikan pembagian kerja yang tinggi, kesadaran kolektif yang lemah, hukum restitutif dominan, individualistis tinggi, nilai abstrak dan umum sebagai consensus terpenting dalam komunitas, dan saling ketergantungan tinggi.
Perbedaan antara solidaritas mekanik dan solidaritas organik, secara garis besar dapat dijelaskan melalui perbedaan antara masyarakat perdesaan dan masyarakat perkotaan.
Tabel : Perbandingan antara Solidaritas mekanik dan Solidaritas Organik
No | Solidaritas Mekanik | Solidaritas Organik |
1 | Pembagian Kerja | Rendah | Tinggi |
2 | Kesadaran Kolektif | Kuat | Lemah |
3 | Hukum Dominan | Represif | Restitutif |
4 | Individualistis | Rendah | Tinggi |
5 | Konsensus terpenting | Pola Normatif | Nilai Abstrak & Hukum |
6 | Penghukuman | Komunitas Terlibat | Badan Kontrol Sosial |
7 | Saling ketergantungan | Rendah | Tinggi |
8 | Komunitas | Primitif/pedesaan | Industri/perkotaan |
3. Max Weber (1864-1920)
Pemikiran sosiologi Max Weber tentang produksi dapat ditelusuri dalam bukunya Etika Protestan dan semangat kapitalisme.
Dimana Weber dalam buku tersebut melihat hubungan elective affinity, yaitu hubungan yang memiliki konsistensi logis dan pengaruh motivasional yang bersifat mendukung secara timbale balik antara etika protestan dan semangat kapitalisme pada awal perkembangan kapitalisme modern.
Ditemukan adanya aspek tertentu dalam etika prostestan sebagai perangsang yang kuat dalam meningkatkan pertumbuhan sistem ekonomi kapitalis modern dalam tahap-tahap pembentukannya.
Dalam pandangan Weber, dimana penganut protestan seperti calvinisme dan metodisme percaya pada konsep predistinasi yaitu gagasan bahwa keselamatan abadi akhirat atau masuknya orang surge telah ditentukan oleh Allah dan tidak dapat diubah oleh perbuatan baik atau buruknya manusia dalam kehidupan di muka bumi. Orang protestan menjadi gelisah dan tidak tinggal diam.
Mereka mencari tahu tanda apa dia termasuk orang yang terpilih atau tidak terpilih untuk memperoleh keselamatan abadi atau masuk surga.
Pada masa penganut protestan percayai bahwa kesuksesan dan kesejahteraan yang dihasilkan oleh pekerjaan adalah tanda dari terpilihnya mereka memperoleh keselamatan abadi. Dengan demikian pekerjaan di tempatkan sebagai suatu panggilan suci (Beruf atau calling).
Akibatnya secara logis, menghasilkan motivasi untuk setia terhadap pekerjaan, berprestasi dalam pekerjaan, membatasi konsumsi, dan gaya hidup yang rasional dan sistematis.
C. Produksi Untuk Digunakan VS Produksi Untuk Dijual
Semua barang mempunyai dua jenis nilai yang berbeda yaitu nilai guna (use Value) dan nilai tukar (exchange value). Nilai guna suatu barang adalah nilai kebergunaan atau keuntungan suatu barang atau keuntungan yang diberikan oleh barang tersebut ketika digunakan.
Contohnya, baju gunanya untuk melindungi tubuh dan terik matahari dan dinginnya tiupan angin kencang.
Nilai Tukar adalah nilai suatu barang yang akan didapatkan ketika barang tersebut ditukarkan dengan benda lain. Contohnya, harga sebuah motor sama dengan harga ½ hektar tanah ketika ditukarkan.
D. Produksi Sepanjang Sejarah Umat Manusia
Dalam pembahasan ini terdapat tiga bentuk masyarakat manusia, yaitu masyarakat prakapitalis, masyarakat kapitalis, dan masyarakat pascakapitalis.
Masyarakat kapitalis dan pascakapitalis tidak dipisah disebabkan karena kedua masyarakat tersebut memiliki basis yang sama, yaitu landasan ekonomi industry. Namun keduanya dapat dibedakan berdasarkan sistem Fordisme dan pasca-Fordisme.
1. Produksi pada Masyarakat Prakapitalis
Secara etimologis, kapitalis berasal dari kata “capital”, yang akar katanya dari kata Latin, caput, berarti “kepala<”. Sedangkan artinya dipahami, pada abad ke-12 dan ke-13, adalah dana, persediaan barang, sejumlah uang dan bunga uang pinjaman (Berger,1990:20).
Masyarakat Prakapitalis adalah masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonomi tidak ditujukan untuk pasar dan tidak untuk menghasilkan laba melalui pertukaran. Permintaan dan penawaran bukan sebagai pembentuk harga tetapi lebih kepada tradisi / otoritas politik.
2) Produksi pada Masyarakat Kapitalis dan Pascakapitalis
Masyarakat kapitalis adalah masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonomi ditujukan untuk pasar dan untuk menghasilkan pasar dan untuk menghasilkan laba serta untuk mengakulasi modal melalui pertukaran. Masyarakat kapitalis diatas ekonomi pasar, yaitu suatu sistem ekonomi pasar yang dikontrol ,diatur dan diarahkan oleh pasar itu sendiri.
Ekonomi jenis itu berasal dari satu harapan bahwa umat manusia akan mengambil sikap sedemikian rupa untuk mendapatkan uang sebanyak-banyak. Sistem ekonomi ini menganggap pasr sebagai tempat penyedian barang termasuk jasa dengan harga tertentu.
Perbandingan atau perbedaan antara masyarakat kapitalis dan masyarakat pasca kapitalis terletak pada landasan ekonomi industry berdasarkan fordisme atau pascafordisme, dimana masyrakat kapitalis berhubungan dengan sistem fordisme sedangkan masyarakat pascakapitalis berkaitan dengan sistem pascafordisme
Perbandingan antara masyarakat kapitalis dan masyarakat pascakapitalis :
1. Kapitalis (Fordisme), ciri-cirinya:
- Produksi massal untuk produksi sejenis
- Penggunaan teknologi yang tidak fleksibel
- Adopsi rutinitas kerja standar
- Peningkatan produktivitas berasal dari ekonomi skala serta penghapusan skill, inteksifikasi, dan homogenitas kerja
- Pertumbuhan pasar bagi item produksi massal yang menimbulkan homogenisasi konsumsi
- Meningkatnya pekerja massal serikat pekerja birokratis
- Negoisasi serikat kerja mengenai keseragaman upah berkaitan erat dengan keuntungan produktivitas
- Kenaikan permintaan atas kenaikan suplay produk yang diproduksi secara massal, berkaitan dengan unionisasi menyebabkan kenaikan upah
- Pasar untuk diproduk di pengaruhi oleh kebijakan ekonomi Keynesian dan pasar untuk tenaga kerja ditangani melalui persetujuan kolektif yang diatur Pemerintah.
- Lembaga Pendidikan Umum Menyediakan Tenaga Kerja Massal yang diperlukan oleh industry
2. Pascakapitalis (pascafordisme), kemunculannya ditandai oleh:
- Minat terhadap Produk Massal Menurun, minat terhadap Produk Khusus Meningkat
- Produk yang lebih Terspesialisasi Memerlukan Jangka waktu yang lebih pendek, yang dapat dihasilkan dalam sistem yang lebih kecil dan lebih Produktif
- Produksi yang lebih fleksibel menjadi menguntungkan dengan datangnya Teknoligi Baru
- Produksi harus Dikontrol Melalui Sistem yang lebih Fleksibel e. Birokrasi yang sangat besar dan tidak fleksibel perlu diubah secara dramatis agar beroperasi lebih lentur
- Serikat Pekerja yang dibirokrasikan (dan partai politik) Tidak Lagi Memadai untuk Mewakili Kepentingan Tenaga Kerja Baru yang sangat Terdiferensiasi
- Perundingan Kolektif ysng Terdesentralisasi Menggantikan Negoisasi yang tersen
- tralisasi.
- Tenaga Kerja Menjadi Semakin Terdiferensiasi dan memerlukan Komoditas, gaya hidup, dan saluran Kultural nyang makin Terdiferensiasi
- Kekayaan Negara Tersentralisasi Tidak Lagi Dapat Memenuhi Kebutuhan Rakyat yang berbeda-beda Terdiferensiasi dan lebih Fleksibel
Produksi merupakan aspek penting dalam sosiologi ekonomi. Dalam produksi, terdapat faktor-faktor produksi yang mempengaruhi proses penciptaan barang dan jasa.
Teori produksi membantu dalam memahami hubungan antara faktor produksi dan hasil yang dihasilkan. Produksi juga memiliki peran penting dalam pemenuhan kebutuhan, penciptaan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi, dan inovasi teknologi dalam masyarakat.