Untuk mengetahui kemampuan seseorang, banyak metode yang bias dilakukan, salah satunya adalah Focus Group Discussion (FGD) dan Leaderless Group Discussion (LGD). FGD dan LGD banyak dimanfaatkan oleh perusahaan perusahaan dalam merekrut karyawan baru mereka guna mengetahui kemampuan yang dimiliki calon karyawan.
FGD dan LGD merupakan metode yang sering di gunakan dan diakui sebagai metode paling efektif. FGD dan LGD adalah grup diskusi, namun keduanya memiliki perbedaan yang sedikit.
Bisa dikatakan FGD dan LGD adalah metode serupa tapi tak sama. Hal ini dikarenakan FGD maupun LGD di gunakan sebagai sarana untuk mengetahui dan mengesploirasi kemampuan seseorang.
Perbedaan FGD dan LGD adalah:
Berikut ini penjelasan mengenai pernedaan antara FGD dan LGD secara lengkap
1. FGD (Focus Group Discussion)
FGD atau Focus Group Discussion adalah suatu diskusi kelompok yang berfokus pada satu masalah, biasanya untuk membicarakan topik tertentu dalam penelitian atau sesi konseling kelompok.
1. FGD adalah kelompok diskusi bukan wawancara atau obrolan
Ciri khas metode FGD yang tidak dimiliki oleh metode riset kualitaif lainnya (wawancara mendalam atau observasi) adalah interaksi! Hidup mati sebuah FGD terletak pada ciri ini. Tanpa interaksi sebuah FGD berubah wujud menjadi kelompok wawancara terfokus (FGI-Focuss Group Interview).
Hal ini terjadi apabila moderator cenderung selalu mengkonfirmasi setiap topik satu per satu kepada seluruh peserta FGD.
Semua peserta FGD secara bergilir diminta responnya untuk setiap topik, sehingga tidak terjadi dinamika kelompok. Komunikasi tidak hanya berlangsung antara moderator dengan informan A, informan A ke moderator, lalu moderator ke informan B, informan B ke moderator, dst…
Yang seharusnya terjadi adalah moderator lebih banyak “diam” dan peserta FGD lebih banyak aktif dalam menyampaikan pendapat.
Kondisi idealnya, Informan A merespon topik yang dilemparkan moderator, disambar oleh informan B, disanggah oleh informan C, diklarifikasi oleh informan A, didukung oleh informan D, disanggah oleh informan E, dan akhirnya ditengahi oleh moderator kembali. Diskusi seperti itu sangat interaktif, hidup, dinamis
2. FGD adalah group bukan individu
Prinsip ini masih terkait dengan prinsip diskusi. Agar terjadi dinamika kelompok, moderator harus memandang para peserta FGD sebagai suatu group, bukan orang per orang.
Selalu melemparkan topik ke “tengah” bukan melulu tembak langsung ke peserta FGD.
3. FGD adalah diskusi terfokus bukan diskusi bebas
Prinsip ini melengkapi prinsip diskusi. Diingatkan bahwa jangan hanya mengejar interaksi dan dinamika kelompok, kalau hanya mengejar hal tersebut diskusi bisa berjalan ngawur.
Selama diskusi berlangsung moderator harus fokus pada tujuan diskusi, sehingga moderator akan selalu berusaha mengembalikan diskusi ke “jalan yang benar”.
Moderator memang dituntut untuk mencairkan suasana (ice breaking) agar diskusi tidak berlangsung kaku, namun kadang-kadang proses ice breaking ini kelamaan, moderator ikut larut dalam “keceriaan” kelompok, ber ha-ha-hi-hi, dan baru tersadar ketika masih banyak hal yang belum tergali, sementara para peserta sudah mulai kehilangan “energi”
4. Berfokus pada sebuah tema
Dalam FGD (Focus Group Discussion), diskusi yang dilakukan berfokus pada sebuah tema yang telah ditentukan sebelumnya. Sifat kelompok juga cenderung lebih homogen.
5. Persamaan persepsi
FGD bertujuan untuk menyamakan persepsi terhadap suatu isu dan akhirnya memunculkan kesepakatan dan pemahaman baru atas isu tersebut. Perbedaan selanjutnya juga dapat dilihat dari peran asesor.
6. Pada FGD, seorang asesor berperan sebagai fasilitator kelompok
Ia yang akan menentukan alur diskusi yang berlangsung. Seorang fasilitator memiliki hak untuk mendorong peserta yang dianggap pasif untuk lebih mengungkapkan pendapat yang mereka miliki.
Selain itu, ia pun dapat menghentikan para peserta yang dianggap terlalu dominan di dalam kelompok.
7. Dalam FGD, para peserta harus homogen
Artinya mereka relatif hampir setara sehingga tidak ada pihak yang mendominasi pihak lainnya. Secara teoritis, jumlah peserta antara 6-12 orang, meski dalam pengalaman praktik, untuk orang Indonesia, jumlah ideal adalah 6-8. Kalau lebih dari 8 orang maka akan banyak yang bersikap pasif dalam diskusi kelompok tersebut.
2. LGD (Leaderless Group Discussion)
Leaderless Group Discussion adalah diskusi kelompok tanpa penunjukkan seorang pemimpin, yang memungkinkan setiap anggota kelompok memanifestasikan potensinya.
Dalam simulasi ini antara lain dapat diamati kemampuan seseorang dalam mengarahkan dan memimpin kelompok, kemampuan menjelaskan gagasan sehingga bisa diterima orang lain, kemampuan determinasi, dan lain-lain.
- LGD (Leaderless Group Discussion), seluruh proses diskusi diserahkan kepada kelompok. Sesuai dengan namanya, tidak ada penunjukkan pemimpin kelompok dalam teknik ini. Setiap anggota tim memiliki kebebasan yang sama untuk mengutarakan pendapat maupun ide-ide yang mereka miliki.
- LGD juga biasanya ditujukan untuk mencari data mengenai anggota diskusi. Dalam hal inilah peran asesor mulai terlihat. Ia yang melakukan penilaian terhadap gaya komunikasi, kerja sama kelompok, proses analisa masalah, dan bagaimana peran peserta dalam kelompok tersebut.
- Disisi lain, asesor tidak memiliki hak untuk ikut campur dalam diskusi yang dilakukan oleh kelompok. Nah, teknik LGD ini yng biasanya digunakan dalam proses seleksi kerja
- Efisiensi waktu, sehingga pemandu LGD dapat membuat keputusan secara cepat karena LGD mengungkap beberapa aspek sekaligus dari para pelamar kerja
- Para pewawancara ingin melihat calon pekerja dari berbagai aspek pekerjaan yang diinginkan
- Para pewawancara dapat melengkapi beberapa informasi yang telah didapatkan pada tahap sebelumnya.
- Para pewawancara ingin melihat kemampuan calon pekerja dalam berkomunikasi dalam situasi “under pressure
- Umumnya kasus yang digunakan dalam LGD adalah kasus-kasus yang terkait dengan bidang pekerjaan kandidat atau kasus-kasus yang menuntut penyelesaian tidak hanya secara logis namun juga mempertimbangkan kata hati. Namun kasus yang diberikan dalam LGD seyogyanya disesuaikan dengan aspek yang akan diungkap dari pekerjaan kandidat nantinya.
- Walaupun LGD bentuknya kelompok namun sikap setiap individu juga mendapatkan perhatian karena sebenarnya LGD ini dimaksudkan untuk menilai sikap seseorang dalam menghadapi permasalahan atau situasi di luar dirinya
- GD lebih menitikberatkan pada perilaku tampak, atau yang ditampakkan, atau yang diharapkan ditampakkan selama proses diskusi. Diskusi ini disebut leaderless karena tidak ada kesepakatan sebelumnya mengenai siapa yang menjadi moderator, pemimpin dan sebagainya. Hal ini untuk menunjukkan bahwa semuanya dalam posisi yang sama.
Kesimpulan
Bentuk diskusi Focus Group Discussion (FGD) dan Leaderless Group Discussion (LGD) memiliki tujuan yang sama untuk mengetahui kemampuan dan keterampilan seseorang.
Metode ini adaah yang umum digunakan oleh perusahaan dalam merekrut karyawan mereka. Sehingga setiap orang tentnya harus memahami dengan matang konsep dari kedua metode ini. Demikianlah artikel kali ini. Semoga artikel ini bias bermanfaat bagi kita semua.